(Sambungan "haruskan berperilaku...")Januari 1996
Saat ketika aku memberanikan diri memakai jilbab, koleksi jilbab hanya 2, seorang teman memberikan sebuah jilbab berwarna pink, seneng banget...thank's mbak Endang Wisma, katanya aku wanita pertama yang berani memakai jilbab di usia muda ketika sudah bekerja disana (rata2 disana berani pake jilbab waktu usia sudah 40 tahunan lho). Bangga? Nggak juga, kebayang pesan moral yang harus aku usung dengan penampilanku yang berbeda dari biasanya kala itu.
Apa yang membuat aku berani pakai jilbab ? karena merasa perilaku sudah sempurna ? bukan, aku nggak pernah berani memberikan penilaian sempurna pada diri sendiri. Memakai jilbab bila berfikiran harus sempurna dulu perilakunya, sepertinya aku nggak akan pernah bisa menggunakan jilbab. Sebab aku merasa punya perilaku tidak akan bisa sempurna, yang bisa aku lakukan hanya menjadikan perilaku lebih baik dari perilaku2 sebelumnya (Ingatkan ya jika perilaku ku menyimpang).
Perilaku sempurna itu hanya bisa diberikan pada Rasulullah atau sahabatnya yang nota bene mendapat tempat terhormat disisi Allah dan Rasulnya, sedangkan aku ? mungkin masih sangat jauh.
OK, back to topic, yang membuat aku memakai jilbab,
1. Aku seringkali risih bila dilihat oleh kaum lelaki ketika berpakaian rok mini atau berblus ketat. Aku ingin menjaga diri dari pandangan.... ih...syereeem.
2. Aku merasa percuma beribadah sholat, puasa, sedekah dll sementara aku masih berpakaian tapi seperti telanjang, padahal aku juga tahu ibadah itu tidak akan sia2 dimata Allah.
3. Ada yang pernah bertanya padaku begini, " eh lo agamanya islam bukan ?", aku jawab"islam dong". "soalnya gw nggak pernah lihat lo sholat", lanjutnya lagi. dalam hati, enak aja, sholat dong, cuma kebetulan aja sholatnya pas nggak barengan , "Emang kalo mo sholat harus minta ijin ama elo ? " jawabku sengit. Dalam hati memang tidak ada indentitas muslim dari penampilan costumku.
4. Punya temen waktu di smea yang pake jilbab, kayaknya enaaak banget, nggak sembarangan orang bisa mempermainkannya, ketika berinteraksi dengan sesama jenis apalagi lain jenis.
5. pernah baca sebuah buku tentang ancaman seorang wanita yang tidak menutup aurat, waktu di smea juga.
6. Ada yang bilang kalau menutup aurat itu adalah ibadah yang
wajib kita lakukan seperti layaknya sholat 5 waktu. puasa dll, jadi kalo nggak menutup aurat sama saja kedudukannya dengan orang yang berjilbab tapi nggak puasa, atau berjilbab, berpuasa tapi nggak sholat, parah khan ? dan orang yang mau sholat, puasa, zakat itu nggak harus tunggu sempurna dulu akhlaknya baru beribadah wajib khan, biasanya orang yang melakukan ibadah wajib dengan ikhlas dan sempurnya maka perilakunya akan menjadi lebih baik (ingat! bukan sempurna).
7. Balik ke pembicaraan seorang ikhwan tadi, "percuma ih pakai jilbab lebar, tapi masih suka gosip, suka ghibah " . Apa dengan komentar itu kita jadi ragu buat memakai jilbab (untuk yang belum berjilbab), atau langsung lepas jilbab atau ganti jilbab gaul karena dibilang masih suka gosip, suka ghibah, jadi merasa perilaku belum sempurna (untuk yang sudah berjilbab).
Yang aku tahu sih hukum bagi orang yang suka gosip/ghibah itu berlaku untuk semua orang laki2 dan perempuan, dan suka gosip/ghibah kenyataannya bukan cuma perempuan. termasuk ikhwan yang berkomentar diatas.